Senin, 08 Juni 2009

WALL-E: Mengembalikan Sisi Primordial Manusia

WALL-E: Mengembalikan Sisi Primordial Manusia PDF Cetak E-mail
Ditulis oleh Otty Widasari   
Senin, 08 Juni 2009 15:17


Ketika menyaksikan manusia-manusia dalam filem Wall-E produksi Pixar/Disney ini, saya langsung teringat suatu hari di kelas antropologi semasa kuliah dulu. Waktu itu, dosen saya bercerita tentang perkembangan evolusi tubuh manusia yang sudah bisa diperkirakan para ahli antropologi jauh-jauh hari. Menurut ceritanya, pada abad mendatang, bentuk tubuh manusia akan bulat seperti bola. Itu disebabkan semua kebutuhan manusia dipengaruhi dan dibantu oleh sistem komputerisasi. Bahkan saat ini ketergantungan manusia kepada komputer sudah demikian tingginya. Contoh proses itu bahkan sudah terjadi pada diri saya sendiri. Saya seorang yang gagap teknologi, tapi keinginanan memiliki komputer pribadi menguat setelah kerja semakin membutuhkan kemudahan.

Kemudian, sejak komputer pribadi itu telah menjadi milik saya, maka aneh rasanya kalau sehari saja saya tidak membuka komputer, walau hanya sekadar bermain game. Bermain adalah kebutuhan mendasar saya. Sebelumnya, saya suka sekali mengisi TTS atau sudoku. Bahkan, saya juga biasa dan bisa merasakan kegirangan bermain halma atau catur walau sendirian, tanpa lawan, bila saat itu memang tak ada lawan. Namun sejak tenggelam dalam permainan paling sederhana sekalipun di komputer, saya tak pernah lagi menyentuh lembar TTS atau sudoku, apalagi halma dan catur yang sangat mudah terjatuh berantakan saat disenggol anak saya yang sedang bermain papan luncur di dalam rumah.



Maka dalam waktu beberapa bulan, pola hidup saya secara tidak sengaja mulai tersiklus tiap harinya. Setelah mengantar anak sekolah, saya pergi ke kantor, membuka komputer untuk berinternet (serius bekerja ataupun bermain). Dan itu berlangsung sampai siang. Lalu saya menjemput anak dari sekolah, menghabiskan waktu di rumah untuk makan siang dan bermain. Saat dia mulai sibuk dengan mainannya sendiri, saya juga sibuk dengan game di komputer. Sore hari saya lanjutkan lagi interaksi saya dengan komputer di kantor, sampai malam. Bahkan saya sering begadang bersama komputer.

Dalam waktu hanya beberapa bulan, berat tubuh saya yang normalnya 53 kg, beranjak cepat menjadi 61 kg. Mungkin tidak perlu menunggu sampai tahun 2275, tahunnya WALL-E berkelana ke kapal luar angkasa Axiom, manusia berbentuk bulat seperti bola itu sudah ada: saya, mungkin salah satunya.

Bagaimana dengan interaksi antar manusia di saat saya dan anak saya merasa tidak bermasalah saat kami asyik dengan mainan kami sendiri-sendiri? Dia bisa bermain game vektor online di komputer sampai berjam-jam, atau menyaksikan tokoh Pingu kesayangannya dari kutub selatan, secara online pula. Keantengannya bisa membuat saya tenang mengobrol dengan teman-teman SMA yang akhirnya saya jumpai kembali di jendela Facebook setelah 17 tahun berpisah, sekaligus bercakap di Yahoo Messenger dengan suami saya, yang pada suatu waktu sedang berada di Tokyo. Saya pun tetap bisa memperlihatkan perkembangan anak saya melalui foto yang saya ambil saat itu juga dari program Photobooth di komputer. Dalam hitungan menit suami saya sudah menerima gambar anak kami yang sedang main game online melalui pengiriman data foto sambil bercakap di pesan instan Yahoo. Lalu suami saya semakin rindu keluarga. Maka dia akan segera mengundang saya untuk menggunakan fasilitas webcam dan kami pun serasa saling bertemu langsung dengannya.


Lantas, bagaimana bila akhirnya hubungan seks pun bisa ditempuh melalui jalur singkat tanpa jarak di dunia maya saat manusia sudah tidak lagi mempermasalahkan batasan bingkai komputer yang membingkai wajah suaminya di tempat lain? Saat tidak penting lagi baginya untuk menyentuh kulit wajah suaminya yang ganteng untuk dirasakan oleh sensor-sensor ujung jarinya?

Lalu bagimana dengan bayi-bayi di kapal luar angkasa Axiom bisa terlahir kalau salah satu adegan dalam filem ini menggambarkan John dan Marry, dua warga korporasi Buy ‘n Large di Axiom yang berbeda jenis kelamin merasakan hal yang aneh saat tangan mereka saling bersentuhan, menunjukkan peri kehidupan manusia di saat itu yang benar-benar telah kehilangan kemanusiaannya karena semua telah tercukupi oleh sebuah sistem korporasi komputer yang mengaturnya? Lebih jauh lagi, bolehlah kita mengasumsikan bahwa bayi-bayi itu terlahir dengan cara inseminasi. Kalau memang begitu, saya sangat berharap ada adegan yang menggambarkan cara manusia membuang hajatnya, karena Andrew Stanton, sang sutradara, sepertinya sangat ingin membeberkan sampai ke hal terkecil sekalipun sebagai penggambaran betapa sebuah robot pengklasifikasi sampah yang ditinggalkan di bumi untuk merapikannya selama 500 tahun dan lupa dimatikan saat manusia terakhir sudah minggat dari bumi yang terkontaminasi racun polusi, mampu mengembalikan rasa kemanusiaan itu melalui hal-hal terkecil, seperti: jatuh cinta.



Bahkan kisah pertemuan Adam dan Hawa harus ditarik ulang kembali oleh filem ini  untuk mengingatkan umat manusia akan penyelamatan dirinya; untuk mencintai kehidupan yang diberikan oleh tanaman atau kesuburan yang merupakan tugas EVE (Extra-terrestial Vegetation Evaluator), si robot pencari tanaman yang dipersonifikasi sebagai Hawa, ibunya umat manusia.

Para kreator semisal sutradara yang mungkin berpijak pada kebahagiaan duniawi, yang sangat mencintai kehidupan, menggambarkan bumi sebagai surganya umat manusia, karena WALL-E sebagai personifikasi Adam, datang dari bumi, lalu bertemu EVE, dan jatuh cinta. Setelah EVE mendapatkan sebuah kecambah yang siap tumbuh dan menelannya, maka mereka berdua turun ke sebuah dunia tempat kehidupan berlangsung, yaitu di kapal luar angkasa Axiom yang diciptakan Buy ’n Large, sebuah sentral kekuasaan semacam negara berbentuk korporasi. Sistem komputerisasi di sini bisa jadi diibaratkan sebagai iblis yang menguasai kehidupan manusia saat ini. Maka sejumput tanah ditumbuhi sejenis tanaman akan mengembalikan manusia ke surga yang menjadi tujuan akhir mereka, namun dipercaya sebagai awal sebuah kehidupan baru.

Rupanya sang sutradara dan penulis cerita mengibaratkan kehidupan di Axiom sebagai pencapaian terakhir proses kehidupan umat manusia, karena sejak tahun 2105 hingga tahun yang digambarkan sebagai tahun 2775, kehidupan manusia selalu berjalan dengan sistem yang sama. Manusia-manusia yang sudah sebulat bola tidak berinteraksi secara langsung dengan manusia lainnya, mereka bercakap melalui layar hologram, dengan menggunakan mata dan telinga yang langsung digunakan untuk berinteraksi dengan komputer, juga jari-jari yang digunakan untuk memencet sedikit tombol dan tidak memerlukan kerja otot yang besar. Sutradara menegaskan hal ini dengan menyajikan gambar-gambar dekat pada kerja seperangkat indera perasa manusia tersebut. Bahkan saat Wall-E tidak sengaja mematikan layar hologram milik Marry, barulah diketahui bahwa Marry takjub dengan keadaan sekelilingnya. Marry dan manusia lainnya bahkan tidak menyadari bahwa mereka memiliki kolam renang walau selalu berada di tepiannya.



Di Axiom, sedari kecil, manusia yang diwakili oleh para bayi diajarkan dogmatisme seperti agama: ‘A’ for Axiom, your home sweet home. ‘B’ for BnL, your very best friend. Demikianlah kehidupan terus berlangsung dengan sama selama 700 tahun. Tampaknya perubahan hanya terjadi pada kerja otak manusia yang menjadi makin autistik, di mana digambarkan bumi tempat Wall-E berdiam terdapat tayangan iklan kapal luar angkasa Axiom yang menjadi tujuan indah dari kehidupan umat manusia, lengkap dengan semua perangkat hiburannya. Manusia-manusia yang masih langsing menikmati itu semua sambil berinteraksi dengan sesamanya menggunakan separuh cara komunikasi tradisional. Sedangkan pada kenyataan yang disajikan di tahun 2775, manusia saling berinteraksi secara maya walau mereka sebenarnya duduk bersisian.

Kedatangan Wall-E membuat perubahan di Axiom, di mana kepurbaannya membuat mereka kembali mengenal kemanusiaan dalam diri mereka, dan akhirnya menghancurkan sistem komputerisasi dan robotik yang berlangsung ratusan tahun. Juga mengungkap konspirasi antara manusia masa lalu dengan sistem komputer yang selama ini menjadi Top Secret, yaitu bahwa kadar racun di bumi sudah melampaui batas toleransi kehidupan sehingga manusia tidak mungkin kembali ke sana. Sedangkan dalam perencanaan awal korporasi BnL, Axiom akan kembali ke bumi setelah sekitar 500 tahun, di mana para robot Wall-E selesai membersihkan semua sampah di bumi.

Dalam setiap jangka waktu tertentu Axiom mengirimkan robot EVE, yang bertugas mencari contoh tanaman yang mungkin masih bisa bertahan tumbuh di bumi. Dan ke semuanya selalu pulang dengan hasil nihil. Di tahun 2110 CEO BnL membuat video wasiat kepada Autopilot Axiom bahwa rencana pulang dalam jangka 500 tahun harus dibatalkan karena kadar racun yang tinggi tersebut. Begitulah, robot-robot Wall-E pun dihentikan kerjanya. Satu robot Wall-E kecil terlupa dimatikan. Seorang diri, dia terus melakukan kerja mengklasifikasi sampah bumi ke dalam bentuk padat dan menyusunnya selama ratusan tahun. Wall-E dalam filem digambarkan sebagai robot yang memiliki emosi layaknya manusia, yang dipelajarinya dari filem Hello Dolly, di mana manusia terlahir berpasangan dan mengungkapkan perasaan dengan saling menggengam tangan, mengaitkan jemari. Wall-E belajar sesuatu dari tayangan filem yang ditontonnya melalui iPod dan diperbesar lewat sebuah TV layar datar. Menunjukkan bahwa robot itu memiliki jari-jari namun tak ada pasangan untuk menautkannya. Saat salah satu robot EVE di tahun 2775 datang, dia menemukan sejenis kecambah yang masih hidup sebagai persembahan dari Wall-E yang jatuh cinta padanya, membuat mereka harus pergi meninggalkan bumi layaknya Adam dan Hawa meninggalkan surga setelah menelan buah terlarang, demi berbuat sesuatu agar dapat kembali ke bumi, surganya kehidupan umat manusia.

Akhirnya, Kapten B. McCrea memutuskan untuk melawan dominasi robot dan komputer dan berkeras kembali ke bumi setelah melihat setangkai kecambah yang nyatanya masih bisa hidup di bumi. Dus, umat manusia kembali ke alam primordialnya (bumi), untuk memulai kehidupan yang baru.



Promosi Produk Apple

Pixar Studio yang sebagian besar proses kerjanya menggunakan komputer Apple, dalam filem ini mungkin ingin menyampaikan sebuah pesan kemanusiaan tentang kekuatan komputer yang bahkan lebih fana dari kehidupan manusia. Begitu mudah untuk dihancurkan. Biar bagaimanapun, manusialah pencipta segala sistem komputer.

Namun di sisi lain, Pixar seperti sedang mengiklankan produk-produk Apple. Siapapun yang menonton filem Wall-E, akan menyadari beberapa petunjuk yang mengarah pada produk-produk Apple baik yang lama, baru maupun mendatang (yang masih imajinatif). Misalnya, penokohan Wall-E, robot yang selalu memulai hari dengan mengambil tenaga dari matahari dan mengeluarkan bunyi khas komputer Apple Macintosh setelah baterainya penuh; Wall-E memutar kaset mini DV-nya menggunakan iPod, yang ditontonnya melalui layar pembesar datar. Iklan produk itu disisipkan dengan sangat gamblang, mengingat Steve Jobs, pendiri studio Pixar adalah juga pendiri perusahaan komputer Apple.

Perhatikan saja EVE yang terlihat seperti sebuah robot masa depan Apple, jika memang Apple akan mengeluarkan produk robot. Andrew Stanton menginginkan EVE terlihat secantik mungkin. Tak tanggung-tanggung, Jonathan Ive pun dikirimkan Steve Jobs untuk konsultasi sehari di studio Pixar. Jonathan Ive merupakan otak di balik hampir semua rancangan produk Apple (sejak iMac pertama di tahun 1998, iPod 2001, sampai iPhone baru-baru ini). EVE dengan begitu dapat dikatakan sebagai sensibilitas Apple. Bentuk telur tubuhnya mulus dan bulat. Dia tak memiliki tombol-tombol visibel. Lengannya terkunci tanpa sambungan pada sisi tubuhnya. Hanya lampu indikator bersinar dari balik dadanya. Permukaannya yang berwarna putih sama dengan warna putih berkilau dari plastik pelapis Macbook.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar